Oleh: Mareta Naza Yuana Dewi
Angin berhembus ringan, malam masih sama seperti biasanya.
Dingin...
Dan sepi...
Kini aku tak lagi menceritakan hari-hari penuh warna, karena warna yang amat kusukai,
sirna.
Warna-warna indah itu kini seolah lenyap, dan si pemilik warna juga tak lagi bisa
kujumpai.
Meski demikian, semesta tetap
berjalan seperti semestinya.
Bintang-bintang masih bersinar
terang, bersama dengan bulan.
Sedang aku?
Sendirian.
Dengan malam yang gelap,
kutatap hamparan langit.
Kini, kamu bersama bintang-bintang itu?
Sepersekian menit kemudian aku
tersadar...
Pipiku basah, tenggorokanku seperti tercekat.
Menyadari bahwa fase kehidupan paling menyakitkan adalah kehilangan.
Kini, hanya rindu yang menggantikanmu...
menemani hari-hariku yang tak lagi hangat.
0 Komentar