Oleh: Melvi
Aku berjalan di lorong pikiranku
sunyi, dingin,
seperti ruang kosong yang lama tak tersentuh.
Di cermin, wajah itu menatapku,
namun matanya asing,
tak lagi memanggil namaku.
Dulu aku tahu arah pulang,
tempat hati berlabuh tanpa ragu.
Kini langkahku hanya bayang,
mengejar cahaya
yang entah milik siapa.
Ada tawa yang tak lagi jujur,
ada senyum yang terasa kaku.
Aku tersesat di antara versi-versi diriku
yang kubentuk agar diterima,
hingga yang asli perlahan mati
tanpa suara.
Masihkah aku ini aku
jika jiwaku dibungkam
oleh ingin, oleh takut, oleh tuntutan
yang tak henti menggema?
Aku ingin diam
dan menulis ulang hidup,
dari halaman kosong
dengan tinta yang jujur
dan suara yang tak lagi gentar
menjadi diri sendiri.
0 Komentar