6/recent/ticker-posts

SAAT ITU


SAAT ITU
Karya : Daniyah

Pagi yang cerah, keluarga kecil yang beranggotakan 5 orang itu memulai hidup seperti hari-hari biasanya mereka jalani. Bapak, bekerja di salah satu perusahaan di kota Jakarta dan tinggal di Bekasi bukan suatu hal yang mudah baginya. Semua dimulai dari nol, dia menikah dengan ibu dan membangun semuanya hingga berada di titik ini. Titik dimana aku memulai pendidikanku di jenjang TK dan adik kembarku lahir dengan sempurna menambah kehangatan dan keharmonisan keluarga kami. Dia tak banyak bicara, tetapi dalam diamnya tersebut tersimpan banyak banyak luka dan perjuangannya sebagai kepala keluarga. Ibu, dia berhasil menjadi ibu dan istri di keluarga ini. Masakan ibu enak, walau aku makan makanan mahal apapun itu diluar, ketika pulang pasti mencari masakan ibu. Ya walaupun agak cerewet ketika anak-anaknya bandel, tidak masalah, itu salah satu bentuk kasih sayangnya kepada anak-anak. Adik kembarku, saat dilahirkan mereka sangat lucu, aku tak menyangka ada dua manusia yang keluar dari perut ibu dengan wajah yang sama persis sampai membedakannya pun aku tidak bisa. Aku sendiri, saat itu duduk dibangku TK, anak perempuan pertama kesayangan bapak, kakak dari kedua adikku. Saat aku lahir itulah titik terendah bapak dan ibu, masa berjuang mereka untuk menuju ke titik ini. Tapi itu semua tidak masalah bagiku, untuk saat itu kami sudah saat sangat bersyukur. 
Kenangan berhargaku adalah saat itu, saat dimana keluarga masih utuh, masih lengkap penuh kehangatan. Aku tak tau harus memulainya dari mana. Mengingat saat itu aku bingung harus meletakkannya di kenangan berharga atau kenangan menyedihkan. Kenangan bersama bapak, itulah kenangan berharga sekaligus kenangan menyedihkanku. 
Saat itu aku masih TK merengek minta susu yang terkenal lumayan mahal di minimarket “Bapaaak, aku mau susu itu yang ada di TV bisa buat ninggiin badan itu lo paakk, itu ituuu”. “Iya nanti bapak belikan, untuk ini beli yang diperlukan ibu dulu ya” kata bapak seraya menenangkanku yang sudah merengek di minimarket itu. Aku menunggu berminggu-minggu berbulan-bulan bahkan sampai aku masuk SD pun bapak tidak membelikan susu yang kuinginkan, mau marah dan minta ke bapak tapi tidak ada waktu bapak sibuk kerja berangkat pagi pulang malam terus. 
Bapakku punya salah satu hobi yaitu memotret atau dokumentasikan hampir semua kegiatannya dan keluarganya. Dengan handphone blackberry-nya itu dia bisa memotret apapun sampai aku bertanya kepadanya “Pak kenapa sih di foto-foto, setiap aku main pasti bapak fotoin aku”. Bapak menjawab dengan nada lembut khasnya kepada putri pertamanya itu “Biar nanti kamu sudah besar bisa lihat kegiatanmu di waktu kecil ngapain aja”. Aku anak kecil lugu yang baru lulus TK hanya mengangguk.
Hingga aku baru paham dan sadar ketika bapak sakit dan meninggal. Bahwa semua ucapan bapak yang pernah dia ucapkan kepadaku semuanya sangat bermakna. Waktu yang dia berikan kepadaku semua sangat berharga, tetapi mengapa aku seperti sangat menyia-nyiakan momen bersamanya. 
Kenangan saat bapak mengajarkanku cara menarik gas motor, jalan-jalan di tempat bermain bersama, yang paling ku ingat ketika TK ku mengadakan outbond di luar sekolah, bapak yang mendampingi ku, tumbuh kembangku selalu didampingi bapak, aku belajar menanam tanaman, berani naik flying fox, berani mengeksplor alam semua berkat bapak, bapak di sana terus menyemangati dan memanggil namaku seraya memotret untuk dokumentasi dan di upload di akun facebooknya. Jika aku melihat akun facebooknya kebanyakan itupun fotoku.
Bapak orang pertama yang khawatir ketika aku mengeluh sakit. Pernah suatu ketika aku setelah bermain mengeluh ke bapak perutku sakit, betapa paniknya wajah bapak waktu itu dan langsung membawa ke rumah sakit terdekat. Lucunya setelah dokter memeriksa ternyata aku hanya sakit perut biasa karena aku lari-lari setelah makan. Bapak emang se protektif itu. Mungkin bapak se khawatir itu karena dulu aku pernah terkena TBC karena selalu menghirup rokok bapak ketika dirumah. Bapak rutin mengantarkanku kontrol waktu itu. Aku sakit saja bapak merawatku dengan telaten, tetapi saat bapak sakit saat itu aku tak bisa apa-apa, aku masih anak kelas 2 SD, yang melihat bapaknya setiap hari mengeluh tidak bisa tidur, matanya memerah, sudah diberikan obat dokter dengan dosis tinggi pun tidak mempan, hingga akhirnya bapak pergi selamanya pun aku tidak bisa berbuat apa-apa. 
Saat itu aku hanya diam duduk di kamarku, ketika orang-orang sedang menangis histeris di ruang keluarga. Aku anak kelas 2 SD itu berpikir, bapak kenapa tidur dengan badan tertutup kain putih dan kain jarik di ruang keluarga. Aku mulai menangis melihat bude yang menangis sambil mengusap kepala ku seraya berkata “kamu berbakti sama ibu ya, dijaga adiknya, kamu harus jadi kakak yang baik buat adik-adikmu”.
Malam setelah bapak dimakamkan suasana berbeda. Aku tak tau adik dimana, aku hanya melihat tangisan, para tamu berdatangan menenangkan ibu, keluarga menangis, tetangga menangis, lagi- lagi aku berdiam diri dikamar. Tak jarang bude menyuruhku keluar kamar untuk menyambut tamu, tapi aku memilih tetap di dalam kamar. Saat hendak tidur biasanya bapak rutin menemaniku di kamar seraya mengelus rambut, mengipasi dan bercerita sebelum tidur, tetapi malam ini sosok itu dimana? “aku tidak bisa tidur bapak, bapak dimana, aku mau dielus-elus bapak,” anak kesayangan bapaknya itu menangis sendirian didalam kamar hingga tertidur dengan sendirinya.
Kalau bisa memilih aku ingin kembali ke masa saat-saat bersama bapak, saat berenang di foto bapak, saat menanam tanaman di foto bapak, saat belajar di foto bapak intinya semua kegiatan bersama. Aku tidak masalah tidak dibelikan susu yang lumayan mahal di minimarket itu pak, ternyata aku hanya butuh bapak.
Sekarang aku sudah besar pak, anak kecil kelas 2 SD itu sekarang sudah bisa memilih jalan hidupnya sendiri tidak bergantung dengan bapak, besar tanpa bimbingan seorang bapak sesusah ini ya pak. Jika engkau disini aku setiap hari bercerita tentang apapun yang kulakukan hari ini. Aku iri pak ketika ada anak perempuan yang sangat diratukan ayahnya, aku sudah lupa rasanya seperti apa, bahkan suara bapak pun sudah mulai hilang dari ingatanku.
Ya, bapakku, pahlawanku, cinta pertamaku. Kenangan terindah dalam hidupku hanya bersama beliau. kenangan saat semua kegiatanku bersama bapak, didampingi bapak. Sampai kapanpun tidak ada yang menggantikan posisi bapak dalam hidupku. Dia satu-satunya, walaupun ibu menikah lagi pun itu tidak bisa menggantikan posisinya. Aku punya kenangan indah bersama keluargaku saat ini tetapi kenangan terindahku tetap pada keluargaku yang masih ada bapak didalamnya.

Posting Komentar

0 Komentar