6/recent/ticker-posts

Bukan Pahlawan


Bukan Pahlawan

Rahma Alnuhid


Hari ini, pagi-pagi sekali, seperti biasa, Fahmi pergi kesawah, mengentaskan air agar mengalir mengairi tiap-tiap petak sawah. Kemarin baru ditanduri padi, jadi takut kalau-kalau sawah banjir jika tidak dientaskan airnya.

Fahmi Bagai pahlawan didesa kecil ini, lulusan pertanian disalah satu kampus besar di Yogya, tapi memilih mengabdikan diri untuk Desa Bojong, desa kelahirannya. Membantu mensejahterakan kehidupan petani disini. Mungkin, karena lulusan pertanian, suara fahmi didengarkan oleh warga disini, usaha Fahmi membantu para petani disini tidak sia-sia, padi yang dipanen semakin meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, juga pemanfaatan lahan sawah lebih maksimal di musim kemarau.

”kenapa, pak?” dijalan pulang, Fahmi bertemu Pak Saparin. Sepertinya ada masalah dengan kincir airnya. “ini loh mi! kincirnya macet. Sawahku kering ini haduuuuhh..”. tersenyum “Fahmi bantu ya pak” Fahmi langsung turun ke Sungai dan membantu Pak Saparin, tentu saja Pak Saparin ikut tersenyum. Benar-benar pahlawan Fahmi ini. Batin Pak Saparin.

“terimakasih bantuannya ya Fahmi. Habis ini ayo sarapan dulu di suang, sudah jam 9 ini” ajk Pak saparin setelah 3 jam perbaikan kincir air yang macet, lama juga ternyata. “ wah terimakasih Pak,Fahmi sarapannya di rumah saja, mau siap-siap juga ada acara ke smp 1 hehe…”

“owalah, ya sudah kalau begitu. Sekali lagi terimaksih ya mi” Fahmi tersenyum menanggap, lalu berlalu meninggalkan Pak Saparin.

**********

“Ustadaaaaadz…..” Teriakan anak-anak menengah pertama itu begitu Fahmi masuk ke kelas untuk menisci seminar setelah sambutan kepala sekolah. Ah, tidak heran. Fahmi kan Pahlawan.

Selain S1 Pertanian UGM, banyak lagi gelar Fahmi. Pahlawan, Ustadz, Motivator, seperti ula rya Fahmi ini, banyak bisanya. Seminar yang diisi hari ini oleh Fahmi, kebanyakan siswanya adalah murid Fahmi di TPA Desa Bojong.

“ Dulu...” Fahmi sudah mulai membuka pembicaraan. “ waktu mas fahmi seumuran kalian, mas Fahmi juga gak mau lanjut sekolah ke SMA loh, Mas Fahmi niatnya mau langsung kerja saja biar bantu Ibu sama Bapak, toh ga ada biayanya juga. Bapak si setuju, tapi ibunya mas Fahmi enggak. Kata ibu, kalau bisa lanjut kuliah juga. Ibu nya mas Fahmi sampe pinjem- pinjem ke tetangga buat daftar SMA mas fahmi, akhirnya bapa ikut cari-cari uang buat biaya sekolah mas Fahmi” Fahmi bahkan hampir tidak dapat mengikuti ujian Nasional karena Tunggakan SPP nya.Tapi semuanya dapat di lewati oleh Fahmi sampai saat ini, karena tidak perduli seberat apapun ujiannya, kita hanya harus punya tekad kuat untuk menyelesaikannya, maka Tuhan akan dengan senang hati membantu. Semunya melanjutkan sekolah.

Fahmi menjadikan kisah hidupnya sebagai contoh untuk siswa-siswi ini agra tidak menyerah dengan keadaan. Fahmi berharap setelah mendengar kisahnya, mereka tidak berhenti belajar dan berjuang sampai disini. Fahmi melanjutkan ceritanya, “ tahun pertama lulus, mas Fahmi bigung mau ngapain. Kira-kira perusahaan mana yang mau nerima sarjana pertanian? Sudah lamar kemana-mana tapi belum ada panggilan. Frustasi sekali waktu itu. Setelah menganggur cuup lama, mas Fahmi memutuskan untuk melanjutkan profesi bapak, jadi petani.” Fahmi tersenyum lagi, kali ini senyumnya berbeda, terlihat sangat bahagia dan bangga. Fahmi dapat menuangkan pengetahuannya di sawah peninggalan orangtuanya. Menciptakan inovasi baru, memaksimalkan lahan pertanian dan waktu yang ada, dnegan apalah yang dia lakukan itu semua tak dimengerti oleh seluruh warga Bojong. Sampai melihat hasil dari usaha Fahmi, panen yang melimpah daritahun-tahun sebelumya, palawija dimusim kemarau, dan kincir air buatannya, semuanya diakui oleh warga Bojong hingga saat ini. Akhir cerita Fahmi disambut tepuk tangan oleh semua siswa kelas 9 SMP 1. Fahmi harap, semuanya mau melanjutkan sekolah.

**********

“Alhamdulillah, Mi, Fahmi! Anak-anak yang sebelumnya tidak mau melanjutkan sekolah, sekarang berubah fikiran setelah seminar kamu. Berkat kamu Fahmi, terimakasiiiih sekali” adua Pak Kepala Sekolah SMP 1, terimaksihnya terdengar sangat tulus.Tapi, fahmi piker ini berlebihan. Anak-anak itu memang sudah punya tekad,Fahmi hanya memberi sedikit motivasi saja. “tidak salah memang kamu dipanggil pahlawan. Sudah memajukan desa, sumber daya alam dan manusianya juga ikut dimajukan. Semoga desa ini tidak kekurangan pahlawan seperti kamu, Fahmi.” Senyum Fahmi kecil sekali, bukannya tidak senang disebut pahlawan, tapi fahmi hanya merasa tidak pantas saja. Jawaban Fahmi juga selalu sama tiap di panggil pahlawan. Begini, kata Fahmi “saya hanya pengabdi, pembantu saja. Bukan Pahlawan”




Posting Komentar

0 Komentar