Menjadi Mahasiswa berprestasi itu merupakan dambaan bagi
setiap orang, terutama bagi Rois, penerima Biikmisi yang telah lulus dengan
predikat Cumlaude tersebut. Banyak
hal dan kisah yang menjadi latar belakang beliau dalam mendapatkan prestasi,
lewat cerita ini diharapkan banyak menggugah banyak pikiran dan membuka wawasan
bagi para mahasiswa bidikmisi. Baginya dalam mendapatkan program bidikmisi dari
pemerintah bukan merupakan perkara yang mudah, sebab banayak mahasiswa yang
harus dikalahkan dalam peta persaingan termasuk dari pengalamannya sendiri.
Saat itu Rois harus banyak mencari informasi di internet, menyiapkan cap 3 jari dari sekolah dan berbagai macam berkas lainnya. Selain itu, Rois juga menyodorkan ± 15 Piagam/ Sertifikat perlombaan. Berbagai macam perlombaan mulai digelutinya pada saat mengijnak kelas 10 MAN di Provinsi Bali. Mulai dari lomba ceramah, cerdas cermat, Olimpiade PAI, MTQ (cabang fahmil qur’an) dari tingkat Kecamatan sampai tingkat Nasional.
Salah satu yang menajadi momok bagi para mahasiswa bidikmisi adalah hasil/nilai akademik yang selalu diperhatikan dan diawasi oleh pihak kampus. Namun, hal itu tidak menjadikan Rois merasa minder terhadap nilai/hasil akademik yang selalu diawasi kampus. Meskipun begitu, pada saat semester 1&2 beliau mendapatkan predikat sebagai mahasiswa berprestasi oleh pihak kampus, namun penghargaan itu hanya berlangsung 1 tahun karna setelah itu tidak ada pemberian gelar lagi.
Hal semacam itu tidak
membuat Rois cepat merasa puas karena
motivasi dari beliau adalah “Jalani saja kuliah dengan selalu
semangat dan cepat-cepatlah lulus agar
dapat membanggakan orang tua”. Hal inilah yang selalu dicamkan oleh Rois dalam menghadapi setiap
permasalahan yang ada termasuk masalah IP/nilai akademik tersebut.
Selama ± 4 tahun menjadi anggota dari bidikmisi di IAIN Surakarta banyak
suka dan duka yang sudah dirasakan oleh Rois, dari sudut pandang Rois kelemahan
dari kampus tercinta ini berasal dari pembangunan infrastruktur yang selalu
terpusat pada Gedung rektorat dan dekanat saja, bagi Rois hal ini dirasa kurang
cukup memadai dan tidak adil karena fasilitas bagi para Mahasiswa tidak
diperhatikan, namun dari segi kelebihan biaya UKT di kampus IAIN Surakarta
tergolong murah jika dibandingkan dengan kampus lain dan juga biaya hidup yang
terjangkau, banyak pusat jajanan murah, dan biaya sewa kost yang hemat di
kantong. Begitulah cerita sedikit tentang kelemahan dan kelebihan dari kampus
IAIN Surakarta dari lensa kacamata Rois.
Dalam wawancara terakhir saya bersama Rois mungkin banyak yang bertanya
apa langkah selanjutnya yang akan dilakukan Rois setelah diwisuda dan menjadi
wisudawan berprestasi, menurutnya langkah yang diambil adalah segera mencari
lowongan kerja secepatnya untuk menyambung impian Rois untuk menempuh
Pendidikan S2.
Gunakanlah uang yang berasal dari bidikmisi untuk kegiatan
sosial/penelitian yang mengedukasi dan gunakanlah unag itu sebaik mungkin,
jangan seperti dulu pada saat zaman Rois menempuh bidikmisi banyak dari
temannya yang juga mendapatkan bidikmisi yang terlalu boros dalam membelanjakan
uangnya sampai-sampai lupa untuk mengontrol kuangannya, alhasil sampailah saat
pembayaran UKT mereka bingung karena uang yang tidak cukup sampailah dengan
cara meminjam uang dengan dalih akan membayar pinjaman tersebut saat uang
bidikmisi cair selanjutnya begitulah pesan dan sedikit wejangan dari Rois.
Jadi menjadi mahasiswa bidikmisi/berprestasi tidaklah mudah seperti yang terucap banyak kemudahan dan juga banyak tantangan yang herus ditanggung dan dihadapi, karena itu seperti pesan Rois gunakanlah uang itu secara bijak dan janganlah membayangkan bahwa diri kita ini anak sultan, Sadari posisi kenali diri dan pada akhirnya bungkam banyak cemoohan diluar sana dengan prestasi
Story: Rois
Danur Anggoro (Wisudawan terbaik Fakultas Ilmu Tarbiyah Program Studi
Pendidikan Agama Islam dan Mahasiswa Bidikmisi angkatan 2016)
0 Komentar